Halaman

Kamis, 15 Maret 2018

Student Exchange : Absurd Moment PART 1

Baru Masuk, Langsung Skripsi

Raihlah Cita-Citamu Setinggi Langit
Bunyi pepatah tersebut seolah menjadi cambuk bagi setiap orang untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan walau sebesar apapun, tak terkecuali saya yang masih duduk di bangku kuliah semester 5. Disini, saya akan membagikan pengalaman absurd saya dan teman-teman selama mengikuti program pertukaran mahasiswa di salah satu kampus negeri elit di Indonesia, Kampus A. Fyi, saya tengah menempuh pendidikan di kampus negeri yang terletak di pulau kecil nan eksotis, Kampus T.
Pada awal semester 5, Bu Dekan menginfokan bahwa ada pertukaran mahasiswa selama satu semester dengan bayaran yang lumayan sebagai pengganti ongkos Pulang-Pergi. Tertarik, saya pun mendaftar dan mengikuti seleksi. Setelah lolos, saya beserta 7 teman saya memilih matkul yang sama di Kampus A dan menyesuaikan jadwal kuliah di Kampus T agar tidak ada jadwal yang bentrok. Mereka adalah Mei, Reya, Thea, Ena, Dwita, Dial, dan Niel. Kami memilih Jumat pagi yang hanya ada mata kuliah Thesis Design Writing milik semester 7, sementara untuk mata kuliah semester 5 di hari Jumat sudah full mahasiswanya. Akhirnya, kami memberanikan diri untuk mengambil mata kuliah semester 7 walau kami masih semester 5 kala itu.
Jumat, 16 September 2016
Kami berkumpul di gerbang Kampus T untuk berangkat bareng ke Kampus A. Kami berangkat naik motor dan melewati jalan pintas yang sepi dan rawan begal. Dibutuhkan waktu 45 menit untuk sampai ke sana. Setelah sampai di gedung fakultas tempat kuliah sementara, kami agak canggung untuk menemui dekan di kampus A. Niel yang biasanya jadi komting kami pun memberanikan diri untuk bertanya pada mahasiswa yang lewat di sekitar ruang dekan. Cewek tinggi berhijab dengan mengenakan blouse serta bermakeup natural yang menjadi sasaran Niel kali ini. Tak lupa Niel menjabat tangan cewek itu sebagai pengenalan untuk memulai percakapan.
“Biasanya student exchange sih langsung nemuin dosen yang ngajar kelas itu. Emang kalian ngambil matkul apa?”
“Kami ngambil mata kuliah Thesis Design Writing, mbak.”
“Oh kalau TDW, berarti kalian harus sudah bikin bab 1. Kalian juga harus prepare bab 2 sama bab 3. Emang kalian ambil konsentrasi literature, linguistic, atau culture?”
Kami hanya bisa melongo waktu itu. Gimana bisa bikin bab 1? Padahal kami saja belum memutuskan topik untuk thesis.
“Kelasnya linguistic sama literature dimana ya, mbak?”
“Linguistic di lantai 3, literature di lantai 1.”
Kami pun berpencar sesuai konsentrasi yang kami ambil di Kampus T. Saya, Dial, Niel, dan Ena di kelas literature di lantai 1. Sementara Mei, Reya, Thea, dan Dwita di kelas linguistic di lantai 3. Kami mengintip di balik pintu yang ternyata dosennya belum datang. Kami memilih bangku belakang di pojok kanan. Semua anak di kelas itu memandang kami aneh. Lalu, dosen pun datang dengan melirik ke arah kami, beliau asing dengan muka kumus kami. Tanpa perkenalan dan basa basi, beliau menyuruh semua mahasiswa untuk mengeluarkan novel berbahasa inggris dan menentukan topik apa yang akan dibahas untuk thesis masing-masing. Kami berempat kaget, pasalnya kami belum menyiapkan apa-apa. Kemudian dosen menanyai semua anak di kelas itu satu persatu. Saya pun menjawab seadanya, karena saya belum sama sekali menyiapkan novel maupun topiknya, begitupula dengan ketiga teman saya.
Dosen itu menyuruh anak sekelas untuk membentuk kelompok. Saya melirik Niel dan Dial yang memilih sekelompok bersama 2 cewek cantik blasteran Tionghoa dan 2 cewek berhijab. Dari gelagat mereka, saya tau bahwa mereka ingin modus pada cewek-cewek itu. Sementara Ena mengajak saya untuk gabung dengan kelompok bangku depan, dimana ada 1 cowok berkulit putih, tinggi, kurus, dan berwajah manis beserta 3 cewek lainnya. Kami pun berkenalan. Cowok itu bernama Arfin, dan ia menyuruh kami bergiliran untuk menceritakan novel inggris yang pernah kami baca untuk ditentukan topik yang akan dibahas. Saat tiba pada giliran saya, saya pun bercurcol ria mengenai asal usul saya dan Ena bisa ada disana. Mas Arfin pun memaklumi kami, lalu ia menjelaskan sedikit tentang salah satu teori yang saya belum pernah dengar sebelumnya. Saya sempat berfikir bahwa kami harus pindah dari kelas ini. Saat kelas berakhir, kami berempat menghadap dosen dan menjelaskan bahwa kami student exchange dari Kampus T yang masih semester 5. Dosen itu menyarankan kami untuk mengambil mata kuliah semester 5 saja. Beliau pun memaklumi kecanggungan kami saat itu.
Kami menunggu teman kami dari kelas linguistik sembari menuju arah musholla. Saat saya mengutarakan ingin ambil mata kuliah di hari lain, Dial mencegah saya karena dengan mengambil mata kuliah semester 7 di kampus A dapat membantu kami untuk mengerjakan skripsi nantinya. Apalagi Ena yang saat itu kagum dengan Mas Arfin dan Niel berhasil kenalan dengan teman sekelompoknya tadi yang bernama Ori. Saya kekeuh dengan pilihan saya, membuat saya tak sadar jika berada di tengah jalan. Suara klakson mobil di belakang mengagetkan saya, hingga Dial dan Niel menarik saya ke arah mereka. Tak lama, datanglah Mei, Reya, Thea, dan Dwita. Mereka tampak kelelahan karena saat masuk kelas linguistic, mereka ditolak oleh dosen. Lalu mereka turun ke lantai 1 untuk meminta izin pada dekan, namun mereka tidak bertemu dekan. Lantas mereka naik lagi ke lantai 3 untuk menemui dosen di kelas linguistik, tapi beliau tetap kekeuh menolak mereka. Alhasil, mereka sama sekali belum dapat apapun. Kemudian, kami bertemu dengan Afika dan Arham, teman se-angkatan kami di Kampus T yang mengambil mata kuliah Bahasa Belanda di Kampus A. Mereka bercerita bahwa mereka kecolongan, karena kelas Belanda saat itu tengah libur. Tiba - tiba, kami dapat WhatsApp dari dekan Kampus T bahwa kami harus mengambil mata kuliah semester 5 di Kampus A. Akhirnya saya, Mei, Reya, Thea, Ena, Niel, dan Dial mengambil mata kuliah Academic Writing pada Rabu sore. Sementara Dwita, Afika, dan Arham mengambil matakuliah sosiologi masyarakat kota pada Rabu malam. Kami pun meminta izin pada dekan Kampus A melalui WhatsApp dan langsung disetujui. Inilah saatnya, perjuangan kami di Kampus A akan dimulai…
-to be continued-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar